Kristal lazimnya
digunakan untuk rangkaian osilator yang menuntut stabilitas frekuensi
yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Alasan utamanya adalah
karena perubahan nilai frekuensi kristal seiring dengan waktu, atau
disebut juga dengan istilah faktor penuaan frekuensi (
frequency aging), jauh lebih kecil dari pada osilator-osilator lain. Faktor penuaan frekuensi untuk kristal berkisar pada angka ±5
ppm/tahun, jauh lebih baik dari pada faktor penuaan frekuensi osilator
RC ataupun osilator
LC yang biasanya berada diatas ±1%/tahun.
|
Simbol Kristal |
Kristal juga mempunyai stabilitas suhu yang sangat bagus. Lazimnya, nilai koefisien suhu kristal berada dikisaran ±50
ppm
direntangan suhu operasi normal dari -20°C sampai dengan +70°C.
Bandingkan dengan koefisien suhu kapasitor yang bisa mencapai beberapa
persen. Untuk aplikasi yang menuntut stabilitas suhu yang lebih tinggi,
kristal dapat dioperasikan didalam sebuah oven kecil yang dijaga agar
suhunya selalu konstan.
Tatanan Fisik
Material yang mempunyai bentuk struktur kristalin, seperti
quartz,
mempunyai satu sifat unik yaitu mampu menghasilkan tegangan listrik
ketika diberi tekanan mekanikal dan juga sebaliknya, berubah bentuk
mekanikalnya ketika diberi tegangan listrik. Sifat ini dikenal dengan
nama efek
piezo-electric.
Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk menghasilkan resonansi
listrik-mekanik, sehingga kristal akan bergetar pada frekuensi alami
tertentu jika diberi tegangan listrik bolak-balik. Frekuensi alami ini
ditentukan oleh potongan dan dimensi keping kristal, yang ditetapkan
pada saat pembuatan.
Karena potongan dan dimensi keping kristal dapat dikontrol secara
presisi pada saat proses produksi, maka kristal mempunyai frekuensi
getar alami yang sangat akurat. Akurasi kristal umumnya berada pada
kisaran ±30
ppm, dengan akurasi yang lebih tinggi juga tersedia walaupun harganya tentu lebih mahal.
Potongan keping kristal mengacu kepada orientasi sudut pemotongan
keping kristal terhadap garis struktur kristalin, dan juga bentuk
keping kristal tersebut. Ada banyak standar potongan keping kristal,
yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, potongan
AT yang populer mempunyai frekuensi
fundamental maksimum yang tidak terlalu tinggi dan koefisien suhu yang
cukup baik (berbentuk kurva fungsi kubik). Contoh lain adalah potongan
BT,
yang mempunyai frekuensi fundamental maksimum yang lebih tinggi tetapi
koefisien suhunya lebih buruk (berbentuk kurva parabolik).
Kristal dapat dioperasikan pada frekuensi fundamental atau salah satu dari frekuensi-frekuensi harmonik ganjil (
odd harmonics) yang biasa disebut dengan istilah
overtones.
Frekuensi fundamental maksimum sebuah kristal ditentukan oleh potongan
dan dimensi keping kristal. Semakin tinggi frekuensi fundamental sebuah
kristal, semakin tipis keping kristal tersebut, sehingga keping kristal
menjadi rapuh dan mudah patah. Jadi untuk mencapai spesifikasi
frekuensi getar yang lebih tinggi, kristal harus beroperasi menggunakan
salah satu
overtone yang ada.
Walaupun
quartz adalah material yang paling sering digunakan untuk membuat kristal, material lain seperti
lithium-niobate,
lithium-tantalate,
bismuth-germanium oxide dan
alumimium-phosphate
juga dapat dipakai untuk membuat kristal. Material lain yang juga dapat
digunakan adalah sejenis keramik yang terbuat dari padatan timbal,
zirconium dan
titanium dan material polimer seperti
polyvinyl chloride dan
difluorpolyethylene.
Rangkaian Ekuivalen
|
Rangkaian Ekuivalen Kristal |
Dari
sudut pandang bidang elektronika, tata kerja kristal dapat
diilustrasikan melalui rangkaian ekuivalen yang terdiri dari dua buah
kapasitor, satu buah induktor dan satu buah resistor.
Induktor L
1 (
motional inductance) adalah padanan dari massa keping kristal yang bergetar, kapasitor C
1 (
motional capacitance) adalah padanan dari kekakuan keping kristal melawan getaran dan resistor R
1 adalah padanan dari energi yang hilang diserap oleh kristal karena bentuknya mengalami perubahan ketika bergetar. Kapasitor C
0 (
shunt capacitor) adalah kapasitansi yang terbentuk diantara dua elektroda yang mengapit potongan kristal.
Frekuensi getar alami kristal diberikan oleh persamaan berikut:
Umumnya, nilai induktansi L
1 adalah sangat tinggi sementara nilai kapasitansi C
1 sangat rendah. Sebagai contoh, sebuah kristal yang mempunyai frekuensi getar 10
MHz mempunyai nilai L
1 = 0.05H, C
1 = 0.0051pF, R
1 = 5Ω dan C
0 = 6pF.
Rasio antara nilai induktansi L
1 dan kapasitansi C
1
yang sangat besar, jauh melampaui nilai rasio yang lazim didapat jika
menggunakan komponen biasa, sehingga nilai faktor kualitas (Q) dari
kristal menjadi jauh lebih tinggi daripada rangkaian
LC biasa.
Faktor kualitas sebuah kristal diberikan oleh persamaan berikut:
Nilai faktor kualitas kristal umumnya bekisar diantara 10
4 sampai dengan 10
6, bandingkan dengan nilai faktor-kualitas rangkaian
LC biasa yang hanya berkisar diangka ratusan.
Kristal dapat diterapkan pada rangkaian resonansi-seri ataupun
resonansi-paralel. Pada rangkaian resonansi-seri, kristal bersifat
seolah-olah terdiri dari sebuah kapasitor dan sebuah induktor yang
dirangkai secara seri. Impedansi kristal akan mencapai nilai terendah,
yaitu sama dengan nilai tahanan R
1, pada frekuensi getar alami.
Pada rangkaian resonansi-paralel, kristal bersifat seperti terdiri
dari sebuah kapasitor dan sebuah induktor yang dirangkai secara
paralel. Impedansi kristal akan mencapai nilai tertinggi pada frekuensi
getar alami. Perlu dicatat bahwa frekuensi getar alami sebuah kristal
yang sama jika beroperasi secara resonansi-paralel adalah sedikit lebih
tinggi daripada ketika dioperasikan secara resonansi-seri. Fenomena ini
dikenal dengan istilah
pulling, yang besarannya tergantung kepada rasio dari C
1 dengan C
0 dan C
L.
Besarnya perubahan frekuensi yang disebabkan oleh faktor
pulling ini diberikan oleh persamaan berikut:
Kristal
biasanya dibentuk sedemikian rupa sehingga lebih optimal jika
dioperasikan pada salah satu mode tertentu, baik itu secara
resonansi-seri ataupun resonansi-paralel.
Aplikasi Kristal
|
Osilator Colpitts |
Kristal dapat digunakan sebagai pengganti jajaran resonansi
LC
untuk hampir semua jenis rangkaian osilator, baik secara resonansi-seri
maupun resonansi-paralel. Sebagai contoh adalah rangkaian osilator
Colpitts yang menggunakan jajaran kristal dan kapasitor secara resonansi-seri.
|
Osilator Pierce |
Satu contoh lain adalah rangkaian osilator
Pierce yang menggunakan jajaran kristal dan kapasitor secara resonansi-paralel pada jalur umpan-balik. Osilator
Pierce
ini sangat populer dan kerap digunakan karena mempunyai karakteristik
stabilitas yang lebih superior dibandingkan dengan rangkaian osilator
lainnya.
|
Osilator CMOS |
Rangkaian osilator populer lain menggunakan sebuah
CMOS inverter yang menerapkan kristal pada jalur umpan-balik dari kaki
output ke kaki
input. Osilator ini mempunyai prinsip kerja yang serupa dengan osilator
Pierce.
Rangkaian osilator klasik ini diterapkan secara luas sebagai sumber frekuensi denyut (
clock frequency) pada rangkaian digital dan juga menjadi dasar cara kerja rangkaian osilator terpadu yang biasa digunakan oleh mikrokontroler.
Kedua kapasitor yang terhubung dari kaki-kaki kristal ke
ground adalah kapasitor beban (
load capacitance)
yang perlu untuk berfungsinya rangkaian osilator ini. Nilai total
kapasitor beban akan mempengaruhi frekuensi getar sebuah kristal. Efek
ini juga disebut
pulling, dimana perubahan nilai kapasitor
beban (atau mode resonansi, seperti disebutkan diatas) dalam rangkaian
osilator kristal akan merubah frekuensi getar kristal tersebut.
Pulling dapat digunakan untuk mengatur frekuensi getar
kristal, walaupun hanya dalam rentangan yang terbatas. Biasanya,
lembaran data kristal mencantumkan nilai nominal kapasitor beban yang
tepat untuk mendapatkan spesifikasi frekuensi getar yang tertera.
Resistor R
2 berfungsi untuk membatasi tingkat pasokan daya (
drive level)
kepada kristal. Tingkat pasokan daya yang terlalu rendah akan
menyebabkan kristal gagal berosilasi dan sebaliknya, jika terlalu
tinggi akan mempengaruhi stabilitas frekuensi kristal atau malah dapat
menyebabkan keping kristal menjadi retak.
Kristal jenis HC49 memerlukan tingkat pasokan daya dikisaran 1
mW, sedangkan kristal HC49S atau HC49SM memerlukan sekitar 100
µW.
Semakin besar dimensi kepingan kristal, akan semakin tinggi pasokan
daya yang dibutuhkan. Tingkat pasokan daya juga dipengaruhi oleh
frekuensi getar, dimana frekuensi getar yang lebih tinggi akan
memerlukan pasokan daya yang lebih besar.
Kemasan Kristal
|
Kemasan Kristal |
Kristal
tersedia dalam berbagai bentuk kemasan. Kemasan yang populer adalah
HC49 dan HC49S. HC49S mempunyai bentuk tapak yang sama dengan HC49,
tetapi kemasannya lebih pendek. HC49S juga tersedia untuk aplikasi
SMD (HC49SM), dengan kaki yang ditekuk rata dibawah dasar yang terbuat dari plastik. Kemasan
SMD bentuk lain juga banyak tersedia dipasaran.
Perlu diingat bahwa kristal dengan kemasan yang berbeda akan
mempunyai karakteristik yang berbeda pula. Hal ini disebabkan karena
dimensi dan bentuk keping kristal tergantung kepada besarnya kemasan.
Sebagai contoh, kemasan HC49 biasanya berisikan keping kristal yang
berbentuk piringan, sedangkan kemasan HC49S, karena lebih pendek,
berisikan keping kristal berbentuk persegi panjang.